Hari Selasa yang
agak mendung, Jam 10.00 Pagi, saatnya coffe time untuk pekerja-pekerja di
sebuah fabrikasi di Batam. Dua orang kawan sedang menyeruput kopi Latte hasil bikinan mesin yang disediain
sama kumpeni tempat mereka bekerja.
Jancuk: Napa? Kok
mukamu burem gitu, dah monyong tambah ancur tu muka.
Somplak: Ki lho
Cuk, aku puyeng mikir BBM naik lagi, semalam ngisi si Ceria kaget juga ternyata
sekarang Premium Rp.7.300/liter, perasaan di tipi nggak ada pengumuman apa-apa,
isinya Olga semua.
Jancuk: Gayamu
Plak, ngrokok Surya 16 masih kuat, BBM mundak berapa ratus rupiah ae kaget.
Somplak: Matamu Cuk,
aku ra ngrokok ra po po, kalau nggak ada bensin yo nggak iso mangkat kerjo. Bentar lagi harga barang pasti naek kabeh. Pasti ujung-ujungnya ongkos sewa tekong
naik juga. Kan susah juga kalau mau mancing.
Jancuk: Prett,
jare gaji wis dua digit, mosok sih gara-gara BBM naek segitu, ndak iso
mancing meneh. Lebay koen iku.
Somplak: Lebay
ndasmu, mbok kiro kabeh wong kayak kita? Awakmu ndak mikirno helper-helper yang
gajinya ngepas sama UMK yo? Banyakan engineer kayak kita atau helper kayak mereka. Kita mungkin nggak berasa lha buat mereka-mereka itu opo nggak merem
melek? Nanti ujung-ujungnya tambah banyak begal di jalan-jalan.
Jancuk: Halah,
sok mikir negoro, palingan awakmu nggak bisa moved on. Gara-gara nggak seneng
aja sama Pak Jokowi, dulu ndukung Pak Prabowo kan? Apapun kebijakan yang dibuat
Pemerintah pasti kontra, nggak ada bagusnya. Coba kalau Pak Prabowo yang jadi
Presiden pasti ndak bakalan awakmu ngomong gitu.
Somplak: Tambah
retak ndasmu. Ndisik awakmu tau kepleset ning kamar mandi nggak konangan yo?
Ini sudah ndak ada hubungannya lagi sama Jokowi vs Prabowo, itu sudah basi, wis
lewat. Sekarang ini masalah antara Presiden/Pemerintah dan Rakyatnya, siapapun
presidennya, titik. Aku ndak ada sentimen pribadi sama personalnya, tapi
keputusan yang dibuat ki lho, disitu saya merasa jiiaancukkkk..
Jancuk: Wis ta
lah, kita ikuti aja keputusan pemerintah toh kita juga bisanya omong tok,
anggep aja pengorbanan kecil buat negara. Yang penting ikhlas, semoga menjadi
barokah. Kan subsidi BBM dialihkan untuk yang lainnya. Lah po kowe aja yang
jadi Presiden? Kok ketoke koyo iso wae, sok keminter nglebihi tim ahlinya
pemerintah.
Somplak: Matamu.
Lha awake dewe iki nggawe gambar topside wae sek sering salah kok ngimpi jadi presiden?
Yen masalah ikhlas, InshaAllah aku nggak ikhlas. Lha APBN itu kan salah satu sumber
utamanya dari Pajak, awakmu jangan-jangan belum nglapor SPT Tahunan yo? Itu juga pengorbanan.
Makanya aku sering sesak napas kalau nengok mobil plat merah ketemu di Nagoya
Hill atau Pantai Mirota. Juancuukkk pollll. Opo maneh ngelihat photo selfie aparat
lagi studi banding piknik ke luar negeri.
Jancuk: Halah,
palingan awakmu juga asline kepengen, tapi karena nggak iso, yo cuma komplain
aja. Coba kalau awakmu yang jadi pegawai negeri terus disuruh studi banding ke
luar negeri pasti langsung berangkat juga.
Somplak:
Jiancukk, moga-moga wae awakku masih dikasih hati nurani sama Gusti Allah. Dah
kerja lagi sana, lama-lama ngliat mukamu kok tambah emosi aku. Suwe-suwe tak
sawat Iphone juga ngko.
Mohon maaf,
kejadian diatas adalah fiktif belaka, dialog diatas sebenarnya adalah monolog
antara saya dan alter ego saya yang mungkin sudah tak tertahankan lagi untuk
dikeluarkan. Meskipun Simbok (Ibu) saya selalu mengajarkan saya untuk “ojo
nggresulo” (jangan mengeluh), karena mengeluh mungkin sangat dekat dengan rasa
ketidak bersyukuran kita terhadap apa yang sudah diberi oleh Gusti Allah. Tapi
apa mau dikata, kali ini sakitnya tuh benar-benar disini.