Ini pengalaman pertama saya harus meninggalkan motor kesayangan di PT. Sebelumnya memang pernah motor saya tinggal di PT waktu di Batam, tapi itu karena tidak sengaja alias ketinggalan. Tetapi untuk kali ini, motor memang sengaja saya tinggal di parkiran perusahaan karena tak ada bensinnya. Hahahahahaha.
Karimun memang pulau yang relatif kecil bila dibandingkan Batam ataupun Bintan. Setahu saya di sini cuma ada 1 SPBU Pertamina dan 1 SPBU swasta yang sering disebut Kuda Laut (???). Jadi kalau di Karimun pemandangan kios-kios BBM mini bertebaran sepanjang jalan itu hal yang lumrah. Mungkin hampir tiap 50 meter kita bisa menemukan kios-kios BBM ini.
Kemarin pagi saya memang berangkat dengan "cadangan" bensin yang mepet di tanki motor. Harapan saya, nanti bisa beli bensin di salah satu kios BBM yang ada di sepanjang jalan waktu berangkat kerja. Berangkat seperti biasa, sepanjang jalan saya melihat semua kios-kios BBM tutup alias kehabisan bensin. Mulai dari Teluk Air hingga PN terus ke lokasi perusahaan di Pangke saya tidak menemukan satu pun kios yang menjual bensin.
Motor saya sekarat sebelum sampai di PT (sesuai prediksi) dan akhirnya persis di dekat bandara PN motor saya mulai ngadat. Motor tetap jalan meskipun dengan bensin campur (campur dorong maksudnya, hehehehe). Sampai di depan lapangan bola, ada satu kios yang melayani pembeli bensin. Hati dah bahagia, penderitaan bakalan terhenti. Ternyata bensin tadi adalah botol terakhir yang tersisa an sudah keduluan orang pula. Hahahahaha.
Dengan memasang muka memelas, saya sukses membujuk Ibu2 penjual bensin untuk menguras cadangan bensinnya. Betul-betul menguras karena drum bensin punya beliau ditunggingkan dan saya cuma mendapat bensin kira-kira 1 gelas. Cukup untuk sampe PT ini, pikir saya. Dan memang cukup tapi akibatnya saat pulang motor sudah tidak bisa dinyalain lagi.
Motor saya tinggal, pulangnya nebeng kawan. Nasib yang kita alami pun sama. Dari jalur Pangke-Meral-Balai tak ada satupun kios BBM yang buka. Beruntung bensin masih cukup sampai dirumah. Malam harinya saya berburu bensin (dengan jalan kaki tentunya). Dapat sebuah kios yang katanya punya stock bensin (atau dia nimbun ya??). Sampai di kios tersebut saya agak shock juga. Bensin dengan kemasan botol 1 Ltr yang biasanya dijual Rp. 5.000 dia jual dengan harga Rp. 20.000. Jadi berasa tinggal di Natuna atau Lamalera (hahahaha).
Entah kenapa di Karimun bisa kejadian seperti ini. Karena stock terlambat kah? atau premium dibatasi oleh pertamina? atau jangan-jangan ada oknum yang bermain? Apapun ceritanya, inilah kali pertama saya nggak bisa kemana-mana karena bensin nggak ada. Padahal katanya Karimun merupakan kawasan seigita emas BBK yang dijagokan untuk investasi asing. Tapi masalah klasik seperti langkanya BBM masih juga terjadi.
NB: ini kali kedua saya mengalami kelangkaan BBM di Karimun sejak pindah dari Batam 2 bulan lalu.
Update 05 Jul 12: Kemarin sore beli bensin botol kemasan 1.5 Ltr seharga Rp. 14.000,- Alhamdulillah sudah turun.
Karimun memang pulau yang relatif kecil bila dibandingkan Batam ataupun Bintan. Setahu saya di sini cuma ada 1 SPBU Pertamina dan 1 SPBU swasta yang sering disebut Kuda Laut (???). Jadi kalau di Karimun pemandangan kios-kios BBM mini bertebaran sepanjang jalan itu hal yang lumrah. Mungkin hampir tiap 50 meter kita bisa menemukan kios-kios BBM ini.
Kemarin pagi saya memang berangkat dengan "cadangan" bensin yang mepet di tanki motor. Harapan saya, nanti bisa beli bensin di salah satu kios BBM yang ada di sepanjang jalan waktu berangkat kerja. Berangkat seperti biasa, sepanjang jalan saya melihat semua kios-kios BBM tutup alias kehabisan bensin. Mulai dari Teluk Air hingga PN terus ke lokasi perusahaan di Pangke saya tidak menemukan satu pun kios yang menjual bensin.
Motor saya sekarat sebelum sampai di PT (sesuai prediksi) dan akhirnya persis di dekat bandara PN motor saya mulai ngadat. Motor tetap jalan meskipun dengan bensin campur (campur dorong maksudnya, hehehehe). Sampai di depan lapangan bola, ada satu kios yang melayani pembeli bensin. Hati dah bahagia, penderitaan bakalan terhenti. Ternyata bensin tadi adalah botol terakhir yang tersisa an sudah keduluan orang pula. Hahahahaha.
Dengan memasang muka memelas, saya sukses membujuk Ibu2 penjual bensin untuk menguras cadangan bensinnya. Betul-betul menguras karena drum bensin punya beliau ditunggingkan dan saya cuma mendapat bensin kira-kira 1 gelas. Cukup untuk sampe PT ini, pikir saya. Dan memang cukup tapi akibatnya saat pulang motor sudah tidak bisa dinyalain lagi.
Motor saya tinggal, pulangnya nebeng kawan. Nasib yang kita alami pun sama. Dari jalur Pangke-Meral-Balai tak ada satupun kios BBM yang buka. Beruntung bensin masih cukup sampai dirumah. Malam harinya saya berburu bensin (dengan jalan kaki tentunya). Dapat sebuah kios yang katanya punya stock bensin (atau dia nimbun ya??). Sampai di kios tersebut saya agak shock juga. Bensin dengan kemasan botol 1 Ltr yang biasanya dijual Rp. 5.000 dia jual dengan harga Rp. 20.000. Jadi berasa tinggal di Natuna atau Lamalera (hahahaha).
Entah kenapa di Karimun bisa kejadian seperti ini. Karena stock terlambat kah? atau premium dibatasi oleh pertamina? atau jangan-jangan ada oknum yang bermain? Apapun ceritanya, inilah kali pertama saya nggak bisa kemana-mana karena bensin nggak ada. Padahal katanya Karimun merupakan kawasan seigita emas BBK yang dijagokan untuk investasi asing. Tapi masalah klasik seperti langkanya BBM masih juga terjadi.
NB: ini kali kedua saya mengalami kelangkaan BBM di Karimun sejak pindah dari Batam 2 bulan lalu.
Update 05 Jul 12: Kemarin sore beli bensin botol kemasan 1.5 Ltr seharga Rp. 14.000,- Alhamdulillah sudah turun.
. . wauwwwwww,, mahal nya. aq aja beli bensin 10rb di pom udah full. he..86x . .
BalasHapusmakasih dah mampir.. aku dah join blognya Dhifa ya..
Hapus