Senin, 18 April 2011

Persepsi Pola Hidup "Pelit"

Terkadang kita pernah mengatakan kalo atasan kita adalah atasan yang pelit, orangtua kita orang yang pelit atau bahkan kita sendiri termasuk orang yang pelit. Menurut saya pribadi batasan antara hidup hemat dan pelit sangatlah tipis. Ada tulisan tentang pola hidup pelit yang sangat menarik yang dishare oleh senior saya di milis alumni kami. Mungkin bisa membantu kita memahami orang-orang lain yang kita anggap pelit atau paling tidak kita menjadi lebih dewasa sebelum menjudge orang lain sebagai orang yang pelit.

Beberapa minggu yang lalu kami ketemu dengan kawan yg udah lama sekali aku ndak pernah jumpa ama beliau. Dari cerita2 ternyata dia udh pindah2 di beberapa perusahaan pertama dia ikut persh. jepang terus perusahaan malaysia dan yg terakhir adalah perusahaan korea.

Pertama kali masuk di perusahaan terakhir yg ia bayangkan kerja terus menerus ndak kenal waktu sambil pakai doping gingseng agar bs optimal kerjanya. Dan yg terakhir terkenal pelitnya......

Mulai hari pertama si bosnya yg udh 60th cerita jangan pernah taruh arsip dimeja dengan sembarangan usahakan meja selalu bersih jika meja bersih rapi pasti si yg punya meja kerja akan rapi juga. mulai pikirannya sehingga wajahnya akan tersenyum membawa suasana linkungannya jadi ceria dan akhirnya bs bekerja secara produktif..

Hari kedua beliau ngajari kita dengan kerja pulang tdak boleh malam2 usahakan secepatnya berkerja dan cepat pulang untuk bisa ketemu keluarga. Alasannya kita udh kerja seharian ndak mungkin kita akan kerja efektif di malam hari dan beliau berharap si teman saya bs ketemu keluarga, istirahat cukup. Bangun pagi dan kembali berkerja dengan senyum sehingga suasana kerja menjadi nyaman. Hati yang nyaman awal mula kerja produktif.

Hari ketiganya beliau berharap belanjakan gajimu sesuai kebutuhanmu inilah filosofi yg sangat penulis kagumi walau dia punya gaji besar duit banyak dia akan betul2 menghitung secara detail apa yg akan beliau beli. Beliau hanya akan beli jika memang benar2 ia butuhkan makanpun beliau hanya membeli sesuai dengan kebutuhan dia jadi dia ndak pernah menyisakan makanan jika beliau makan. Jika kita melihat ini kadang kita melihat bahwa dia PELIT, KIKIR, GAK UMUM dan itupun ditanyakan oleh teman saya ternyata beliau menjawab dgn bijaknya "kami membelanjakan gaji kami dengan hati2 bukan karena kami ndak mau menikmati hidup tapi karena kami sangat menghargai badan kami udah berkerja keras sehingga mendapatkan uang makanya saya hati2 memanfatkannya."

Sungguh suatu pengalaman berharga buat kami, bagai di kritik ...... diri saya padahal setelah kita renungi ternyata semua itu penulis jalani .....sampai kadang kita pulang kerumah kita dapati nasi di magic jarr sampai kuning tiap pagi kita buang makanan sisa mau ikan,,sate , sayuran, dll padahal jk di rupiahkan sisa 1/2 porsi sate, nasi kuning di magic jarr, sop, tempe goreng yg udh basi ndak kita makan +/- Rp 5000,- aja jk dikalikan 5th aja udh 9juta.

Pesan:
Mari kita mensyukuri apa yg kita dapatkan dengan membelanjakan penghasilan kita sesuai kebutuhan. Introspeksi dari yg kecil dan mudah lama kelamaan kita makin memahami hidup ini menjadi lebih berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar